PERHATIAN : SITUS INI KHUSUS UNTUK USIA DIATAS 18 TAHUN ... MATERI DALAM SITUS INI BERISIKAN KONTEN-KONTEN UNTUK ORANG DEWASA ... BAGI ANDA YANG MASIH DIBAWAH BATAS KETENTUAN USIA DIMOHON TIDAK MENGAKSES SITUS INI..!!!. TERIMA KASIH

Manisnya Dunia Serasa Madu Chapter:1

Aku punya teman SD, Tina namanya. Sebenarnya anaknya cukup manis dengan tubuh mungil, namun centilnya minta ampun. Ia pindah ke sekolahku saat aku duduk di kelas 5. Sejak pertama bertemu aku memang kurang suka kepadanya karena sifat centilannya itu.
Sewaktu melanjutkan sekolah ditingkat SMP dan SMA kami berpisah. Namun sikapku terhadapnya tidak berubah. Aku tetap saja tidak suka kepadanya. Apalagi ketika SMA, aku merasa pergaulannya tidak baik
Sejak remaja, mungkin sejak aku duduk di kelas 3 SMP saat memasuki masa-masa puber, aku punya keinginan yang sangat kuat untuk menikmati tubuh wanita. Namun waktu itu aku tidak punya keberanian untuk melakukan atau bahkan sekedar memulai pembicaraan, maklum pengalaman masih nol besar.
Ada beberapa tetanggaku yang sering menjadi fantasiku untuk melepaskan hasrat seksualku. Statusnya tidak menjadi masalah, tapi yang jelas seleraku memang perempuan yang usianya diatasku. Salah satunya yang paling sering jadi fantasiku adalah Mbak Hesti, seorang gadis yang usianya hampir sepuluh tahun diatasku. Rumahnya berselang lima rumah dari rumahku.
Kabar angin yang beredar dikampungku banyak yang mengatakan bahwa ia sudah tidak perawan lagi. Kupikir mungkin saja, karena ia sangat sering keluar malam dengan teman-temannya yang berdandan menor. Mungkin kalau istilah sekarang ia boleh disebut penggemar dugem.
Pada waktu itu dikampungku masih ada beberapa keluarga yang menggunakan kayu bakar untuk memasak. Kadang Mbak Hesti membantu tetangga sebelah untuk membelah kayu bakar. Ia paling sering mengenakan daster longgar, sehingga kalau sedang membungkuk membelah kayu bakar buah dadanya kelihatan menggantung seakan mau jatuh. Kalau sudah begitu aku mulai mendekat dan berlagak seolah ikut membantu merapikan kayu bakar. Tapi hanya sebatas itu saja, aku hanya berbicara dengannya seperlunya saja tidak berani atau tidak kepikiran untuk menggoda lebih jauh.
Ketika aku duduk di SMA, Hesti pergi ke Jakarta dan aku pun segera melupakannya. Karena diantara kami tidak pernah saling bertemu lagi. Paling-paling ketemu kalau lebaran hanya ketemu dijalan sambil bersalaman.
Setelah  lulus SMA aku melanjutkan kuliah di kota Bogor dan saat libur semester aku pulang kampung. Seperti liburan semester ini aku juga pulang kampung, malamnya aku suka nongkrong dengan teman masa kecilku disebuah warung gado-gado. Tina teman sekolahku dulu juga ada disana sambil berbisik-bisik genit. Ia tiba-tiba duduk di sebelahku.
"Hai Anto, apa kabar..? Kelihatan gemuk sekarang deh..!" katanya sok akrab.
Aku menjawab sekenanya saja, masih belum ada interestku kepadanya. Namun ia tidak menyerah dan bertubi-tubi bertanya tentang keadaan diriku sekarang ini.
Akhirnya aku yang menyerah dan meladeni pertanyaannya. Sebenarnya asyik juga anak ini sekarang. Hanya mungkin image yang tertanam sejak kecil membuatku mengambil jarak terhadapnya. Perlahan posisi duduknya merapatkan kearahku tanpa menarik perhatian orang lainnya.
Ketika warung mulai sepi, maka tangannya mulai nakal mengusap pahaku dan memainkan bulu kakiku. Tentu saja penisku langsung berontak, membesar dibalik celana pendekku. Ia tersenyum melihat bagian depan celanaku yang sedikit menggembung. Tak lama kemudian ia pulang karena sudah malam.
Aku pun pulang dengan penis yang mengembang karena elusan tangan Tina dipahaku tadi. Karena tensi sudah terlanjur naik keubun-ubun, maka malam itu kusemprotkan sperma dengan bantuan tanganku.
Malam-malam berikutnya aku jadi rajin ke warung gado-gado untuk nongkrong dan menikmati elusan Tina dipahaku. Suatu ketika Tina pulang dan minta kuantarkan. Aku tentu saja dengan senang hati mengantarnya pulang.
Sampai dirumahnya aku disuruh masuk dulu dan duduk diruang tamu. Rumahnya kelihatan sepi, tapi dari arah ruangan dalam kudengar pelan suara TV. Tak lama kemudian Tina keluar lagi dan kami ngobrol sampai lama. Aku sudah mulai ngantuk dan beberapa kali menguap. Tina membuatkanku segelas kopi. Sambil menunggu kopi agak dingin kami kembali ngobrol. Ia duduk didepanku hanya memakai celana pendek dan kaos oblong.
Tangannya mulai iseng mengusap lututku. Dengan refleks kutangkap tangannya dan kutarik kearahku. Ia tidak melawan tarikan tanganku dan akibatnya sebentar kemudian ia sudah duduk dipangkuanku dan bibirku langsung melumat bibirnya. Ia sedikit terkejut, sebentar kemudian membalas lumatanku dengan ganas. Beberapa detik ia masih duduk dipangkuanku dan kami berciuman. Kurasakan ia tidak memakai BH. Aku terangsang dan nafasku menjadi berat. Mendadak kami sadar dengan keadaan kami. Ia melepaskan pelukanku dan kembali duduk ditempatnya semula.
Suasana menjadi kaku. Kami berdua sama-sama merasa kikuk dengan apa yang telah kami perbuat baru saja. Begitu kopi habis, aku segera berpamitan pulang. Ia mengantarku sampai kesudut rumahnya. Disana kupeluk dan kucium lagi bibirnya. Sekitar lima menit kami masih berpelukan disana. Untung lampu disudut rumahnya putus sehingga kami leluasa bercumbu disana.
Aku segera pulang dengan tersenyum. Sampai dirumah kembali dengan bantuan tangan kusemprotkan lagi sperma yang sedari tadi sudah tertahan sampai diujung penisku. Kubayangkan Tina dibawahku sedang mendesah-desah menerima kocokan penisku. Tiga malam berikutnya kami selalu bercumbu disudut rumahnya. Ia mulai berani mengusap bulu dadaku dan menciumi putingku. Akibatnya tiap malam sepulang dari rumahnya spermaku kumuntahkan sendiri dengan tanganku.
Malam terakhir kami bercumbu lagi. Ia merebahkan badannya melintang telentang diatas kedua pahaku. Kubuka kancing kemejanya satu-persatu dan seperti biasa ia tidak memakai BH. Kuhisap putingnya yang kecil mugil berwarna kemerahan itu. Tanganku menggesek bagian depan celana dalamnya. Kepalanya sudah mendongak pasrah, giginya menggigit bibir dan mengeluarkan desahan lirih yang sangat menggoda.
Kemudian dia berbisik lirih;
"Kamu mau ini kita lanjutkan..? Kalau kamu mau kita lakukan dibelakang rumah saja. Sepi dan gelap disana" Tiba-tiba saja aku bisa menguasai diri dan berkata;
"Tidak Tin. Cukup sudah sampai disini. Aku tidak mau menanggung resikonya".
Akhirnya aku memilih pulang dan aku selesaikan sendiri dengan tanganku seperti biasanya.
Setelah kejadian itu, setiap libur semester aku pulang kampung dan tak lupa lupa bercumbu dengannya. Dan masih seperti biasanya, setiap bercumbu dengan Tina paling jauh hanya sebatas petting. Sebenarnya kalau aku menghendaki lebih jauh Tina mau saja, karena dia sudah sering melakukannya dengan laki-laki lain. Dia pernah kembali mengajakku bersetubuh. Kukatakan kalau aku pun mau dengan syarat pakai kondom. Tapi entah mengapa dia menolak bersetubuh dengan pengaman karet dipenisku.
Sampai suatu saat hubunganku terputus dengan Tina ketika kudengar kabar kalau dia menikah dengan seorang PNS. Selentingan yang beredar suaminya itu hanyalah korban dari permainannya. Sebenarnya banyak yang sudah mencicipi kenikmatan tubuhnya tetapi ‘si’ PNS itu masuk perangkap terjebak dalam perangkapnya.
***Bersambung: Chapter:2

POSTING BLOG TERPOPULER