PERHATIAN : SITUS INI KHUSUS UNTUK USIA DIATAS 18 TAHUN ... MATERI DALAM SITUS INI BERISIKAN KONTEN-KONTEN UNTUK ORANG DEWASA ... BAGI ANDA YANG MASIH DIBAWAH BATAS KETENTUAN USIA DIMOHON TIDAK MENGAKSES SITUS INI..!!!. TERIMA KASIH

Manisnya Dunia Serasa Madu Chapter: 5

Suatu malam sekitar jam delapan aku bertemu dengan Hanny sedang membeli makanan di warung depan sana. Ketika penjaga warung mengatakan tidak ada uang kecil untuk kembalian belanjanya, Hanny meminta biarlah kembaliannya dibelikan permen saja. Kulihat ia mengambil permen rasa mint. Ketika pulang dan melewatiku ia mengedipkan sebelah matanya. Didepan perutnya kulihat jari tengah dan ibu jarinya membentuk lingkaran, jari lainnya lurus. Aku mengangguk. Aku tidak jadi beli alat tulis yang rencananya tadi akan kubeli.
Kubiarkan ia berjalan pulang duluan. Kutahan langkahku sambil ngobrol dengan tetangga sebelah lainnya dimulut gang. Setelah berbasa-basi sebentar kemudian aku pulang. Perlahan-lahan kulewati rumah tetanggaku, kuda binalku itu. Kulihat ia menunggu dipintu pagar depan rumahnya. Ia berbisik dan memberi tanda dengan tangannya agar aku lewat pintu pagar samping dan ke teras belakang.
Kubuka pintu pagar samping rumahnya dan menuju teras belakangnya. Teras belakangnya ini sangat terlindung dari pandangan orang yang lewat di gang. Terlihat gelap karena lampunya dimatikan. Hanny sudah duduk dilantai teras belakang menungguku.
"Sayang.. Mau ya..? Aku sendirian sampai jam sepuluh malam ini" katanya.
Aku hanya diam dan memberi isyarat dengan mukaku. Kuperhatikan lantai terasnya sudah dilapis dengan karpet tebal 2x1,4m. Hanny-ku memang luar biasa. Ia selalu cekatan untuk urusan bercinta.
Aku duduk disampingnya dan ia menggeser duduknya lalu memelukku dari belakang. Saat itu ia mengenakan baju tidur yang tipis sehingga lekuk-lekuk tubuh indahnya jelas membayang meskipun keadaan remang-remang.
Diciumnya tengkukku. Aku menggelinjang. Dadanya dirapatkan dipunggungku. Buah dadanya yang padat menekan punggungku. Tangannya memegang tanganku dan meremas-remas jariku. Ia menggigit pundakku yang masih tertutup kaos.
Ada sesuatu yang kupendam dari tadi tapi aku segan untuk mengatakannya. Akhirnya aku bertanya;
"Han.. Boleh aku bertanya?..".
"Kenapa tidak boleh. Jangankan bertanya. Menggenjotku diranjang pun kuijinkan" katanya dengan nada sedikit tak senang.
"Apakah kamu juga melakukan dengan pemuda lainnya..?" kataku sambil menunduk.
Ia terdiam. Aku merasa serba salah dan menyesal bertanya begitu.
"Kenapa kau tanyakan itu..?" katanya berbisik sambil mengetatkan pelukannya ditubuhku.
"Aku dengar biasanya, wanita yang sudah agak berumur sering mencari pemuda untuk melampiaskan nafsunya".
Ia kemudian tertawa kecil.
"Maksudmu ini tentang tante girang dan gigolo..?"
Aku mengangguk.
Akhirnya kami membahas tentang kehidupan antara tante girang dan gigolo. Banyak sekali kutanyakan hal-hal tentang mereka kepadanya dan ia menjawabnya dengan fasih. Aku semakin curiga kalau ia termasuk salah satu tante girang dan kupancing lagi semakin jauh. Justru ia yang bertanya padaku.
"Aku jadi curiga padamu To. Kamu kok kelihatannya tertarik dengan tante-tante..?"
Aku jadi kikuk dan salah tingkah.
"Ahh.. Eee .. Ee ng.. enggak kok".
"Dari caramu menjawab aku ragu dengan jawabanmu tadi. Aku memang punya banyak kenalan dan sering berkumpul dengan tante-tante yang sering berkencan gonta-ganti pasangan dengan anak-anak muda. Aku juga sering diajak untuk masuk kedalam dunianya. Aku tidak mau karena aku sadar bahwa dunia itu tidak cocok untuk keadaanku. Terlalu besar biayanya. Aku tak mampu. Aku juga mau ingatkan padamu, jangan kamu masuk dalam dunia mereka, karena sekali kamu masuk maka kamu akan terjerat dan akan diperbudak mereka. Kamu tidak bisa keluar dari lingkaran itu. Ingat kata-kataku ini. Ini bukan masalah aku bermaksud mengekang atau menguasaimu. Kukatakan ini karena aku tak mau kamu terjerumus".
Aku menarik nafas panjang. Tangannya meremas kejantananku. Aku membalikkan tubuhku dan dalam posisi duduk dikarpet kami akan mengawali pendakian malam ini. Kulihat sekeliling kami. Gelap karena lampu teras dimatikan dan malam ini bulan akan muncul setelah lewat tengah malam. Hanya ada bintang bertaburan yang terlihat jelas karena cuaca cerah tak berawan. Kurasakan hembusan angin malam, dingin menusuk kulitku.
Kuperhatikan lagi bagian pekarangannya yang ditumbuhi rumput manila. Cukup terlindung oleh rimbunnya daun perdu dari pandangan di jalan. Kubisikkan padanya;
"Aku mau bercinta ditemani oleh bintang" Ia belum paham dengan kata-kataku.
"Kamu lihat bagian pekarangan yang ada rumput manilanya..? Cukup gelap dan terlindung dari pandangan orang lewat" kataku lagi.
Ia kelihatannya mulai mengerti dengan arah pembicaraanku.
"Hmm..!!!. Kamu selalu penuh dengan ide gila dan liar. Tapi itu yang kusukai darimu".
Karpet kami gulung dan kami bawa keatas rerumputan. Kuedarkan pandanganku sekali lagi untuk meyakinkan bahwa kami tidak terlihat oleh orang yang lewat di gang. Kemudian segera karpet kami hamparkan diatas rumput manila. Terasa lebih empuk daripada ketika dihampar di lantai teras.
Kulucuti celana dalamnya terlebih dahulu. Demikian juga ia melepas celana pendek dan celana dalamku. Tanganku mengusap pundaknya yang terbuka. Kucium mesra dan kurasakan tidak ada tali di atas pundaknya. Kupikir dia tidak memakai bra.
Kususupkan tanganku dari bagian bawah gaun tidurnya hendak meremas payudaranya. Ternyata masih ada penutup yang masih menghalangiku. Hanny mengerti pikiranku
"Stripless.. Sayang..! Buka saja dipunggung seperti biasa" bisiknya lemah.
Tanganku ke punggungnya dan sebentar striplesnya sudah kucampakkan keatas karpet. Kini kami sudah siap untuk mulai mendaki lereng-lereng kenikmatan.
Hanny duduk disebelahku dan menatapku sejenak. Ia merogoh kantung baju tidurnya dan mengambil sesuatu, merobek lalu tangannya memasukkan sesuatu tadi ke mulutnya. Ia mendekatkan mukanya ke mukaku dan menggerayangi pipi dan telinga dengan mesra. Dari mulutnya tercium aroma mint yang segar. Rupanya ia makan permen. Kucium jemari tangannya dan kukulum telunjuknya. Hanny terus mencumbuku. Kupeluk dan kutarik tubuhnya menindihku. Kakinya membelit kakiku. Tangannya merayap diatas dadaku yang tertutup kaos. Ia membelai-belai dadaku dengan lembut dan penuh perasaan.
Ia menindih tubuhku. Bibirnya mencium bibirku, lidahnya mendorong permen mint tadi keluar dan menjepit dengan bibirnya. Kujilati bibir dan permen yang ada dimulutnya. Didorongnya permen kedalam mulutku dan gantian ia yang menjilati bibir dan mulutku. Aku dan Hanny saling berganti memainkan permen dalam mulut kami sampai akhirnya habis. Nafas kami mulai memburu.
Payudara sebelah kanannya kuremas dengan tangan kiriku sementara tangan kiriku memainkan bulu halus dipahanya. Hanny mengerang dan merintih ketika putingnya kugigit kuat dari luar baju tidurnya.
"Aduhh.. Sakit Sayang.. Ououououhh.. Nghgghh".
Hanny mengusap rambutku dan menjilati lubang telingaku. Aku sudah mulai terangsang. Kejantananku mengeras ditindih oleh perutnya.
Bibirnya bergerak kebawah, kearah perut dan terus kebawah. Digigitnya penisku yang sudah tegak. Ia menghisap-hisap buah zakarku dan menjilatinya sampai kedaerah perbatasan dengan anusku. Aku tidak tahan dengan rasa nikmat yang menjalariku. Kugigit bibir bawahku.
Tiba-tiba penisku bergerak refleks mengencang memberikan responnya ketika lidah Hanny menjilat kepalanya. Kemudian aku atur gerakannya dengan mengendalikan otot Kegel yang sudah kulatih. Kuangkat kepalaku sedikit, kulihat Hanny dengan asyiknya menjilat, menghisap dan mengulum penisku. Aku terpekik kecil setiap lidahnya yang merah menjilati lubang meriamku.
Kembali kepalanya keatas dan bibirnya menyambar bibirku. Kubalas dengan ganas dan kudorong lidahku kedalam mulutnya, menggelitik langit-langit mulutnya. Lidahku kemudian disedotnya dengan kuat. Dia berjongkok diatas pahaku. Tangannya kemudian meremas dan mengocok penisku. Kejantananku semakin kaku dan membatu.
"Ouououaahhkk.. Puaskan dahagaku.. Berikan aku.." ia mendesah.
Tidak lama kemudian kurasakan pantat dan pinggul Hanny bergerak-gerak menggesek penisku.
Blesshh..!!!. Sleeeph..!!!.
Kepala penisku masuk kedalam lubang kenikmatannya. Terasa lembab, hangat namun tidak becek. Kurasakan dinding vaginanya berdenyut-denyut meremas kemaluanku. Rupanya dia sudah berlatih senam Kegel dan mempraktekkannya saat ini.
"Akhh.. Oukkhh", kami saling merintih pelan.
Kami harus menahan suara kami agar jangan sampai ada orang yang kebetulan lewat di gang mendengarnya. Hanny mendongakkan kepalanya dan kujilati lehernya. Ia terus menggoyangkan pantat dan memainkan otot kemaluannya sehingga sedikit demi sedikit makin masuk dan akhirnya semua batang penisku sudah ditelan oleh lubangnya.
Pantatnya bergerak naik turun untuk mendapatkan kenikmatan. Kadang gerakannya berubah menjadi maju mundur atau berputar-putar. Sesekali gerakannya menjadi pelan dan kontraksi ototnya dikuatkan mengurut meriamku. Kemudian ia mengangkat pantatnya dan dengan pelan menggesek-gesekkan bibir vaginanya pada kepala penisku beberapa kali dan kemudian dengan cepat menurunkan pantatnya hingga seluruh batang penisku tenggelam terhisap dalam putaran pantatnya. Ketika batang penisku terbenam seluruhnya hingga mendesak dasar rahimnya ia bergetar dan kepalanya semakin mendongak. Nafasnya mulai terputus-putus.
Kusingkap gaun tidurnya dan kubuka lewat kepalanya. Kini ia telanjang bulat. Kuhisap puting buah dadanya yang sudah membatu. Tangannya tidak mau kalah dan tergesa-gesa melepaskan kaosku. Gerakannya semakin liar. Tanganku memeluk punggungnya. Badanku seolah-olah seperti menggantung pada badannya. Kuhisap payudaranya yang bergoyang-goyang mengikuti gerakannya.
Ia memelukku dan merebahkan tubuhnya keatas tubuhku. Gantian dia mengeksplorasi area sekitar dadaku sampai dada dan bulu dadaku basah oleh jilatan ludahnya. Kini gerakannya pelan namun bertenaga penuh. Pantatnya naik keatas sampai penisku lepas, kemudian ia menurunkan lagi dengan pelan dan kusambut dengan gerakan pantatku ke atas. Kembali penisku menembus vaginanya. Ketika penisku mentok dirahimnya kami berdiam sebentar dan memainkan otot kemaluan seluruh batang penisku mulai dari pangkal hingga ke ujung seperti diurut. Mendesak dan didesak dinding vaginanya.
Tangannya meremas dan menjambak rambutku, punggungnya melengkung menahan kenikmatan. Mulutnya merintih dan mengerang agak keras. Kututup mulutnya dengan tanganku.
"Ssstt..!", bisikku.
"Jangan sampai nanti kami jadi tontonan orang"
"Sayang.. Ouhh Sayang, aku mau.., aku mau kelu.. ar"
"Sshh.. Shh.. Akun.. Ju.. Ggghh"
" Sayang sekarang ouhh.. Sekarang" ia memekik tertahan.
Kubalikkan tubuhnya. Hanny mengejang, kakinya membelit kakiku. Mulutnya mencari-cari bibirku dan kusambut agar ia tidak merintih-rintih. Vaginanya berdenyut kuat sekali dan pantatnya bergerak keatas menyambut tusukan terakhirku setelah semua otot yang mendukung ketegangan penisku kukencangkan dan kutahan. Pantatku bergerak kebawah dengan keras hingga penisku terasa sakit. Mungkin sampai lecet karena ia mengencangkan otot vaginanya. Tembakanku memancar deras dan sebagian mengalir keluar ke pahanya. Vaginanya terasa becek, namun sempit. Kupeluk punggungnya dan kuusap dengan kuat dari leher sampai ke pinggangnya.
Tubuhku melemas diatas badannya. Kucabut penisku yang sudah mengecil dan berbaring disampingya. Kukecup lembut bibir dan keningnya. Tubuh kami yang basah oleh keringat terasa segar ketika angin bertiup agak kuat.
"Terima kasih Sayang, kuda Arabku. Kau sungguh hebat sekali. Aku nggak tahan setiap bercinta denganmu. Tubuhku serasa remuk semua" ia berbisik ditelingaku.
"Akhirnya kita nggak jadi Q..Q, malahan masuk dalam sebuah permainan yang baru" katanya lagi.
Aku diam saja sambil mengelus-elus dan mencium rambutnya. Akhirnya Hanny bangkit setelah nafasnya teratur dan menghela nafas dalam-dalam. Ia mengenakan kembali gaun tidurnya. Aku pun memakai celanaku dan sama-sama masuk kedalam kamar mandi membersihan tubuh kami dari keringat dan ceceran sperma yang lengket ditubuh kami.
Setelah kembali ke pekarangan, membereskan karpet arena pertempuran tadi, Hanny kelihatan sedang memasak didapur. Kudekati dan kulihat lima butir ayam kampung didalam panci. Begitu air mendidih segera ia mengangkat telur ayam tadi, memecahkannya dalam sebuah gelas, menaburi dengan lada dan kecap asin ia mengaduknya. Diminumnya sebagian telur setengah matang tadi dan kemudian sisanya diberikan kepadaku dan segera kuminum sampai tandas. Aku pulang setelah memberikan french kiss yang ganas.
Aku duduk diatas karpet didalam kamarku merapikan pakaian yang kupakai tadi. Sebuah pengalaman yang baru. Kupikir tadinya kami akan melakukannya dengan cepat, kini kami punya sebuah pengalaman baru yang indah. Bercinta ditempat terbuka.
"Wuuiihh, dahsyat man!!", kataku dalam hati.
Paginya kuintip dari jendela, Hanny sedang menyapu. Ia dalam posisi membelakangi kamarku, daster bagian belakangnya sedikit naik karena ia menyapu sambil membungkuk. Kubayangkan sebentar kalau kami bercinta dengan posisi doggie style. Kubuka kaca nako dan aku bersiul. Ia menoleh, meleletkan lidahnya, menggoyangkan pantatnya dan kembali melanjutkan menyapu.
***Bersambung: Chapter: 6

POSTING BLOG TERPOPULER