PERHATIAN : SITUS INI KHUSUS UNTUK USIA DIATAS 18 TAHUN ... MATERI DALAM SITUS INI BERISIKAN KONTEN-KONTEN UNTUK ORANG DEWASA ... BAGI ANDA YANG MASIH DIBAWAH BATAS KETENTUAN USIA DIMOHON TIDAK MENGAKSES SITUS INI..!!!. TERIMA KASIH

Manisnya Dunia Serasa Madu Chapter: 3

Beberapa hari setelah malam kejadian pertama itu, aku berjumpa Hanny dimulut gang sedang menunggu angkot.
"Kemana Ibu Heni, eh.. Hanny..?" tanyaku.
"Ini, mau ambil baju untuk dikreditkan. Bisnis kecil-kecilan".
"Hanny.. Ngghh boleh nggak aku.. Aaku.." tanyaku tergagap, bingung mau bilang mengajak bercinta lagi.
Ia mengerti keadaanku dan menukas;
"Hmmm..! Besok pagi jam sembilan kutunggu kamu didepan pintu masuk SM. Kita ke Puncak. OK..?" katanya.
Aku berpikir sejenak. Besok ada jadwal kuliahku dua jam, tapi untuk mata kuliah ini aku masih belum pernah bolos dan rasanya aku sanggup untuk mengikuti ujian semester kalau hanya bolos satu kali.
"Setuju..!!!" jawabku .
"Dan jangan lupa nanti malam istirahat yang cukup. Besok pagi jam sembilan pas kamu sudah ada di SM".
Malam harinya aku sulit untuk memejamkan mata. Bayangan indah tubuh Hanny selalu melintas dipikiranku. kemaluanku pun juga menegang. Ingin rasanya kutumpahkan dengan onani. Harus bisa kutahan, besok pagi aku memerlukan stamina khusus yang prima. Akhirnya menjelang tengah malam aku tertidur.
Esok harinya jam sembilan kurang sepuluh menit aku sudah didepan SM. Kikuk juga aku menunggu disini. SM belum buka dan karyawan yang datang masih antri didepan pintu. Aku sedikit menyesal mengapa kemarin bikin janji ditempat ini. Jam sembilan lewat sepuluh aku sudah mulai gelisah, Hanny belum kelihatan juga.
Lima menit kemudian kulihat ia datang. Hanny mengenakan baju lengan panjang tipis warna merah dengan motif bunga kecil-kecil. Ada gambar bunga tulip besar didada kirinya. Bawahannya rok panjang dibawah lutut warna hitam dengan belahan dibelakang sampai diatas lutut. Ia mengenakan sepatu dengan hak tinggi runcing, sehingga betisnya terlihat penuh seperti padi bunting.
"Sudah lama nunggu ya..? Sorry aku tadi ada keperluan lain, mendadak" katanya.
"Tiga puluh menit disini, artinya itu sama dengan satu babak permainan bukan..?" kataku pelan tapi agak ketus.
Pura-pura saja, karena jangankan menunggu setengah jam, setengah hari juga aku akan menunggunya.
"Sorry deh..! Nanti aku tambahin waktu untukmu. Kamu dapat lembur" suaranya merendah.
"Ayo..! Jadi berangkat atau tidak..?" katanya lagi.
Kami berdua segera berangkat. Didalam angkutan sambil duduk berdempetan kami saling berbisik, kemana kami akan beraksi. Akhirnya kami putuskan tidak usah terlalu jauh sampai keatas, cukup disekitar Ciawi saja. Lewat Ciawi sedikit, udara mulai terasa dingin. Akhirnya kami turun dan masuk ke sebuah hotel yang tidak terlalu mencolok.
"Berikan KTP-mu, nanti aku yang urus di resepsionis" katanya meminta KTP-ku.
Kuberikan KTP-ku, aku maklum agaknya ia masih ada rasa segan untuk check in dengan menggunakan KTP-nya. Akhirnya kami masuk kedalam kamar. Dia bilang kalau tadi harus mengantar baju pesanan temannya dua puluh potong. Sayang memang kalau rejeki ditolak.
Hanny tidak kelihatan kaku sama sekali masuk hotel ini. Setelah ngobrol dan kupancing-pancing tentang isu hubungan gelapnya dengan seorang pejabat akhirnya ia mengaku kalau dulu sering check in disini dengan pejabat teman selingkuhnya itu. Jadi ternyata benar selentingan yang pernah kudengar. Namun hubungan mereka sudah putus tiga tahun lalu, karena pejabat tadi terkena stroke. Kami memesan minuman dari dalam kamar, kemudian duduk diteras belakang kamar sambil melihat hijaunya Gunung Gede Pangrango dari jauh.
"Room service..!" terdengar ketukan dipintu kamar.
Minuman yang kami pesan sudah datang. Sambil nonton TV kami minum lemon tea pesanan kami. Sepatuku telah kulepaskan dan kutaruh disudut ruangan. Hanny mengeluarkan sebuah botol kecil dari dalam tasnya dan menuangkan isinya kedalam gelas kami masing-masing. Kucium gelas minuman. Ada aroma lengkeng.
"Kamu curiga minumannya kucampur racun ya..?" Hanny menggodaku sambil menggelitik perutku.
"Bukan, takut kamu salah masukin obat tidur saja. Sia-sia jadinya jauh-jauh kita kesini".
"Itu tadi madu lengkeng penambah stamina, jangan takut".
Sebentar kemudian badannya sudah merapat ketubuhku sambil berkata;
"Puasin aku Sayang..! Aku percaya kamu jauh lebih pintar sekarang ".
Bibirku langsung merapat kebibirnya. Berciuman penuh nafsu. Lidahnya masuk kemulutku sambil menjelajahi setiap sudut dalam mulutku. Aku sangat terangsang, apalagi melihat tangannya mengusap-usap pangkal pahanya yang masih tertutup rok. Wanita ini punya nafsu seks yang besar, aku harus mengerahkan kemampuanku untuk memuaskannya.
Kuangkat badannya hingga berdiri saling berdekapan. Aku membuka satu-persatu kancing bajunya, tanganku langsung menyusup kearah buah dada kirinya. Dia dengan cepat membuka tali bra-nya hingga menyembul payudaranya yang cukup besar. Kubuka bajunya dengan menggigit bagian kerahnya dan menarik kearah lengannya satu demi satu. Bra-nya yang sudah terlepas kancingnya juga kutarik dengan gigitanku. Bibirku menyapu bahu dan lengannya yang mulus dan lembut sekaligus menggusur tali bra-nya. Aroma parfumnya yang lembut membuat perasaanku menjadi rileks.
Bra-nya dibiarkan jatuh dilantai, payudara bebas menantang didepanku. Aku langsung mengulum satu putingnya. Kurasakan makin lama makin keras. Kepalanya bergerak kebelakang menahan hisapanku. Aku sangat menikmati ekspresinya ketika terangsang dan mengerang.
Begitu kancing dan ritsluitingnya kubuka, roknya telah lepas dengan sendirinya. Ia kemudian membuka sepatunya. Aku ingin menikmati gaya seperti yang sering kulihat di film biru. Sambil berciuman ia membuka kancing bajuku dan melepaskannya dengan sedikit tarikan kasar. Kubuka ikat pinggang, kancing dan rilsuitingku dan langsung melorot. Dengan sebelah kakiku kuangkat bergantian maka celanaku telah teronggok dilantai lepas dari kakiku.
Tanganku telah masuk kedalam celana dalamnya, terasa agak basah. Jari tengahku mengusap-usap klitorisnya yang masih terbungkus celana dalam. Ini membuat ia tak tahan. Saling menghisap sambil mengerang.
"Aaah.. Eeeh.. Haahh..".
Kutarik celana dalamnya kebawah dan kulepas. Aku berjongkok didepannya sambil menciumi paha dan daerah sekitarnya. Kuangkat kaki kirinya keatas bahu kananku dan bibirku segera mengulum klitorisnya, ia melenguh panjang keenakan.
"Aaauu.. Enak, Sayang..!".
Kepalaku ditekan semakin dalam disela-sela pahanya. Aku lakukan ini sekitar lima menit sampai Hanny menarik tubuhku dan gantian dia yang jongkok didepanku dan mengulum, menjilati penis dan dua telur dibawahnya. Aku merasakan gairah kenikmatan makin meningkat. Kepala penisku mengkilat oleh ludah dan cairan bening yang keluar dari lubangnya.
Hanny berdiri dan kudorong kearah meja. Kupeluk dia dari belakang. Kedua tangan bertumpu pada bibir meja. Kutarik pinggulnya kebelakang hingga dia dalam posisi nungging dengan tangan tetap bertumpu pada meja.
"Ayo Sayang, nggak tahan nih. Masukin cepet..!"
Kuangkat kursi didekatku, kutaruh bantal diatasnya dan kaki kanannya kulipat. Lututnya kuletakkan diatas kursi. Dengan lapisan bantal diatas kursi, lututnya tidak akan merasa sakit.
Aku mencari posisi yang tepat, mengarahkan kejantananku kearah liang senggamanya yang sudah sangat basah. Perlahan-lahan kuarahkan pada lubang vaginanya dan kudorong masuk, meleset. Tangannya bergerak kebelakang menangkap penisku dan mengarahkan kembali pada lubang vaginanya.
"Dorong Sayang..! Tekan..!! Enak sekali..!!!"
"Aaah..! Ya teruuss Sayang..!!" Hanny melenguh.
Perlahan-lahan kupompa liang senggamanya sementara pantatnya maju-mundur dengan gerakan cepat dan kaku. Ia ingin segera mendapatkan orgasme yang pertama.
"Terus Sayang, aku suka sekali.. Enak.. Banget".
Kupompa makin cepat dan kuputar-putarkan kejantananku dalam liang senggamanya. Semenit kemudian badannya mengejang dan mulutnya berteriak;
"Aaah..! Sudah Sayang..!! Aku sampai puncak. Aku dapat..! Aaah..!!".
Aku menghentikan gerakanku agar ia bisa menenangkan nafas dan detak jantungnya.
"Hebatth.. Sayang, Sudah kuduga pasti dalam waktu singkat kamu akan cepat belajar dan menghajarku habis-habisan. Enak Sayang" katanya dengan manja setelah keadaan menjadi tenang.
Kejantananku masih keras tertancap dilubang vaginanya.
"Aku hanya mengikuti bimbinganmu dan melakukanya dengan naluriku. Kita akan bertempur sampai tetes sperma penghabisan hari ini". Aku memulai memompa liang senggamanya lagi.
"Iya dong..! Kuharap kita dapat mencapai puncak bersama-sama. Terima kasih telah memuaskanku, mengantarku sampai kepuncak setinggi-tingginya" Hanny menjawab.
Kami bertempur lagi dan nampaknya Hanny kembali terangsang. Kadang-kadang aku memutar-mutar pantatku dengan arah yang berlawanan dengan putaran pantat Hanny.
"Aku capek Sayang, kita pindah keatas ranjang..! Ouhh..!!".
Kucabut penisku dan kurebahkan dia keatas ranjang yang empuk, siap melanjutkan permainan kami. Ia mengangkat kedua kakinya dan membuka selebar-lebarnya. Ia kelihatan sangat seksi dengan posisi seperti ini. Kucium sekujur betisnya dan kugigit bagian belakang lututnya. Ia merinding dan memekik.
Kukocok penisku sebentar untuk mengembalikan ketegangannya dan kuarahkan kelubang vaginanya yang merekah merah. Sebentar kemudian penisku sudah mentok dan menyodok dasar rahimnya. Kuciumi dan kugigit dadanya. Kali ini dia menolak.
"Jangan Sayang, nanti merah. Kemarin hampir ketahuan suamiku waktu aku ganti baju".
Kami benar-benar menikmati hubungan seks kedua ini. Ketika tanpa sengaja kukencangkan otot perutku ketika kepala penisku dalam keadaan setengah masuk dibibir vaginanya. Aku terkejut merasakan efeknya. Penisku seperti membesar dan mendesak dinding vaginanya. Hanny terkejut merasakan desakan pada dinding vaginanya.
Kembali kukencangkan otot perutku beberapa kali dan ia merintih. Kaki kanannya kuangkat keatas bahuku. Gerakan naik-turun semakin cepat dan lebih cepat lagi. Erangan, pekikan, rintihan dan desahan kami saling bersahutan. Tubuh kami sudah basah oleh keringat yang mengalir. Akhirnya aku hampir mencapai puncak.
"Hanny, .. Akk.. Kkku mau nyam.. Pppe. Uuiih.. Aaahh".
"Yaah.., aku juga!".
Kulepaskan kakinya dari bahuku. Semenit kemudian aku telah mencapai Ejakulasi yang luar biasa sambil berteriak keras.
"Aaahh!!".
Kuhunjamkan penisku dalam-dalam. Hanny menyambutnya dengan mengangkat pinggulnya, kedua betisnya membelit pinggangku. Tangannya memukul-mukul kasur dan giginya tertancap dipundakku. Ia mencapai orgasmenya yang kedua sambil melenguh keras sekali.
"Aaauu.. Enak Sayang.. Sayang Uuffp. Aeeaahh".
Bahuku terasa sakit. Gigitannya meninggalkan bekas, meskipun tidak sampai merah atau berdarah. Kami terdiam sejenak. Setelah reda, berciuman lagi dengan lembut sekali. Kami mandi berendam bersama dalam bathtub sambil saling menyabuni dan sesekali saling menyentuh daerah-daerah sensitif sambil bersenda gurau dan tertawa cekikikan.
Sementara berendam dalam bathtub dan bercumbu, gairahku naik lagi lagi. Hanny juga terangsang karena penisku kugesek-gesekkan kebibir vaginanya ketika kami berpelukan. Setengah jam kemudian kami bercinta lagi. Kuangkat sebelah kakinya keatas dinding bathtub. Aku ingin melakukan sambil berdiri. Karena sulit melakukannya, kami kembali ketempat tidur untuk menyelesaikan satu babak permainan yang sangat seru dan lebih lama. Lagi-lagi kami melakukan persetubuhan, hingga mencapai klimaks yang sangat luar biasa. Aku harus menahan ejakulasiku karena Hanny belum siap untuk mencapai orgasme. Akhirnya mengalami klimaks bersama-sama. Kukunya kali ini mencakar dada dan punggungku.
Kami tertidur sampai sore dan setelah terbangun, kami memesan makanan. Setelah makan dan mandi kami lalu berkemas-kemas untuk pulang. Ketika melihat Hanny sedang mengenakan bajunya, tubuh bagian bawahnya masih telanjang, aku merasakan getaran nafsu lagi. Kupeluk dari belakang dan kuajak bercinta lagi. Dia menolak tapi kudorong dengan kasar keatas ranjang dan kutindih. Penisku yang sudah cukup beristirahat siap melakukan tugasnya lagi. Tanpa melepas bajunya kusetubuhi dia dengan cepat dan kasar. Ia meronta-ronta dan berteriak-teriak.
"Sudah.. Sudah. Brengsek kamu Anto.. Lepaskan aku!"
Payudaranya kugigit dari luar bajunya. Kubisikan dengan lembut tapi penuh tekanan.
"Sorry Hanny, tapi sekali lagi saja.. Please!"
Ia diam dan menurut. Ketika kutanya pelan apakah ia ingin menikmatinya, Hanny menjawab hanya akan mengimbangi dan mengantarku sampai ejakulasi, ia tidak berminat untuk mendapatkan orgasme lagi. Jadi dengan cepat kuselesaikan partai tambahan ini.
Akhirnya kami pulang setelah membersihkan diri lagi. Hanny masih sedikit marah dengan perlakuan terakhirku. Aku minta maaf dan kukecup bibirnya dengan lembut. Akhirnya dia luluh, bahkan kejadian ini menjadi inspirasi kami berbagi kenikmatan.
***Bersambung: Chapter: 4

POSTING BLOG TERPOPULER