PERHATIAN : SITUS INI KHUSUS UNTUK USIA DIATAS 18 TAHUN ... MATERI DALAM SITUS INI BERISIKAN KONTEN-KONTEN UNTUK ORANG DEWASA ... BAGI ANDA YANG MASIH DIBAWAH BATAS KETENTUAN USIA DIMOHON TIDAK MENGAKSES SITUS INI..!!!. TERIMA KASIH

Manisnya Dunia Serasa Madu Chapter: 13

Suatu sore pulang dari kantor aku berjalan kearah Juanda. Tiba-tiba kulihat sekelebat wajah seperti Santi berjalan didepan sana. Santi sebenarnya kenalan lamaku. Dia dulu seorang PSK. Aku mengenalnya waktu aku masih kuliah ketika ia masih menjalankan pekerjaan lamanya itu.
Kukejar dan ternyata memang benar. Dia terkejut ketika aku memanggilnya.
"San.. Santi. Tunggu dulu..!"
"Eh, Mas Anto. Apa kabar..?" katanya sambil menjabat tanganku. Kupegang tangannya dan tidak segera kulepaskan.
"Baik. Kamu agak gemukan sekarang. Syukurlah kalau kamu sudah bahagia. Kok nggak pernah telepon aku..?"
"Kartu nama Mas ditemukan suamiku dan dibuangnya".
Aku mengangguk-anggukkan kepalaku.
"Sekarang mau kemana..?" tanyaku.
"Mau belanja disitu" katanya sambil menunjuk kearah Pasar Baru.
"Boleh kutemani ya..!"
"Ngrepotin dan ngganggu acara Mas Anto saja".
Akhirnya kutemani dia belanja, setelah selesai belanja kuajak dia makan disebuah restoran fast-food. Sambil makan dia cerita, bahwa ternyata dia dijadikan istri muda. Dia diberikan modal untuk membuka warung kelontong. Suaminya jarang pulang kerumahnya, lebih banyak ditoko atau ditempat istri tuanya.
Dia berkata kalau kadang merasa sangat kesepian. Secara materi dia sudah cukup, tapi secara batin dia menderita. Sebenarnya suaminya bukan seorang yang lemah dalam permainan ranjang. Karena frekuensi ketemunya jarang, dia menjadi kesepian.
"Aku sangat senang bertemu kamu sekarang ini. Aku tidak menduga kalau masih bisa bertemu kamu" katanya.
"Iya, aku juga senang melihat kamu sudah hidup enak dan tidak menjadi hinaan orang. sudah malam, aku mau pulang" kataku. Ia termangu-mangu.
"Anto, aku mau mengulangi saat-saat kita bersama dulu" katanya.
Bibirnya bergetar waktu menatapku. Aku ragu-ragu. Kemarin sore aku sudah terkapar lemas dengan seorang wanita diatas ranjangku. Bekas gigitannya masih kelihatan memerah didadaku.
"Ayolah Anto. Kumohon..!"
Akhirnya kuputuskan untuk menemaninya sore ini. Segera check in dihotel dekat sini. Karena lama tidak bertemu, ia dengan cepat sudah mencapai klimaks dan aku segera menyusulnya. Terasa kering suasana sore itu, karena memang gairahku tidak maksimal. Santi sepertinya merasa juga aku kurang bergairah, tidak seperti dulu-dulu.
Ketika kami berbaring, ia melihat tanda merah didadaku. Ia menarik nafas panjang.
"Hmmmf.. Pantas saja kamu tidak bergairah sore ini. Berapa kali kamu lakukan, dengan pelacur mana..?" katanya tajam.
Aku diam saja. Percuma saja meladeninya. Akhirnya setelah diam sejenak aku minta maaf dan menjelaskan bahwa setelah dia menikah aku harus menyalurkan gairahku dengan wanita. Aku minta maaf untuk sore yang tidak menyenangkan ini dan ia memintaku untuk memuaskannya tiga hari lagi, tiba pada hari libur nasional. Aku memintanya untuk mengenakan gaun panjang hitam dan sepatu hak tinggi. Kami pulang naik taksi dan kuantar dia sampai depan rumahnya. Ia melarangku untuk mampir kerumahnya.
Tiga hari kemudian kami bertemu ditempat yang telah disepakati. Santi mengenakan pakaian seperti yang kuminta. Segera menuju ke hotel yang ada didalam gang didaerah Senen. Setelah registrasi dan menyelesaikan administrasi, kami masuk kedalam kamar.
Room boy yang mengantar kami kemudian berbisik;
"Pak mau sewa video..? Kalau mau saya ambilkan".
Aku mau saja. Room boy kembali kebawah dan tak lama, sudah muncul kembali dengan video player dan tiga buah kasetnya. Sementara kami memasang kabel-kabel video ke TV kamar, Santi masuk kekamar mandi. Setelah selesai memasang kabel, room boy keluar dan berpesan.
"Selamat bersenang-senang Pak. Kalau Bapak pulang, videonya biar saja disini, nanti biar saya bereskan".
Setelah memasang kaset yang pertama, aku membuka bajuku dan membaringkan tubuhku keatas ranjang yang empuk. Sangat berbeda dengan ranjang di Tanah Abang dulu. Santi sudah berbaring diatas ranjang dengan tubuh tertutup selimut. Kucium dengan lembut, ia membalasnya dengan lembut. Ia mengamati dadaku.
"Kamu sudah siap..? Nanti seperti kemarin lagi. Aku hanya dapat sisa-sisa" bibirnya mencibir.
Kucubit pinggangnya, ia mengelinjang kegelian.
"Kita nonton video dulu ya..!" katanya.
Sambil berpelukan, nonton adegan demi adegan dalam video yang kuputar. Adegan-adegan yang muncul seperti biasa dalam sebuah kaset BF. Ketika adegan dalam video sudah makin panas, ia pun berbisik;
"Mas.. Aku sudah terangsang. Ayo kita mulai..!"
Kubuka selimut yang menutupi tubuhnya. Ia memakai baju senam yang mirip baju renang. Saling berciuman, berguling, menjilati, memagut dan mengusap bagian-bagian tubuh yang sensitif. Ketika bajunya kubuka dari bahunya, ia sudah tidak mengenakan pakaian dalam lagi.
"Kulepas dikamar mandi. Kalian sedang memasang video tadi" katanya tersenyum.
Tangannya bergerak kearah celanaku, membuka ikat pinggang, kancing dan ritsluiting kemudian menyusup kebalik celana dalamku, mengusap-usap kejantananku yang mulai berdiri. Ia bergerak kearah kakiku dan setelah semua kain di tubuhku terlepas dengan cepat diciumnya kejantananku hingga semakin tegak berdiri siap memasuki lubangnya.
Kuberikan isyarat agar ia memutar badannya keatas. Kujilati bibir vaginanya, kubuka dengan tanganku dan akhirnya sampai diklitorisnya. Ia mendesah kuat ketika lidahku mulai bekerja disitu. Dibalas dengan suatu sedotan kuat pada penisku, tangannya mengocok batang penisku. Bergulingan dalam posisi itu. Kadang aku dibawah, kadang aku diatas. Setelah puas mulut kami bermain di selangkangan, kuhentikan babak ini.
Kutindih tubuhnya, dengan satu tusukan penisku sudah masuk didalam lubang vaginanya yang lembab. Terasa lebih sempit dan nikmat dibandingkan dulu.
"Nikmat sekali San. Lebih sempit" kataku.
"Iya, karena jarang dipakai. Suamiku belum tentu seminggu sekali menggauliku.. He.. Hhh".
Ketika dengan cepat aku mulai menggenjotnya, lentingan pegas diranjang terasa sangat membantu. Kugenjot dengan cepat, ada gaya tolakan dari lentingan pegas diranjang hingga dengan sedikit tenaga pantatku sudah naik dengan sendirinya.
Kuputar kakinya dan kuajak untuk bermain doggy style. Ia menurut saja. Tanpa melepaskan kemaluan, aku sudah berada dibelakangnya dan menggerakkan pantatku maju-mundur.
Plok..!!!. Plok..!!!. Plok..!!!.
Suara terdengar ketika pangkal pahaku beradu dengan pantatnya. Ia hanya sedikit menggerakkan pantatnya. Kurasakan ia tidak bisa menikmatinya, kembali dalam posisi semula. Setelah beberapa lama kemudian, ia memberi isyarat untuk mengakhiri permainan ini.
"Akhh.. Ahh. Lebih cepat dan kuat Sayangku.. Ooouhh!"
Giginya menggigit bibir bawahnya, tangannya meremas rambutnya sendiri. Gerakanku semakin kupercepat dan lentingan pegas kearah atas semakin kuat dan akhirnya
Hhhkk..!!!.
Badannya mengejang dengan bola mata memutih. Kugenjot lagi.
Serrh..!!!. Creeth..!!!. Crroth..!!!.
Spermaku tumpah kedalam liang vaginanya. Setelah mandi dan berbaring menonton video lagi, lima belas menit kepalanya sudah bermain diselangkanganku.
"Jangan San.. Aku belum..".
"Tuh kan.. Kamu cepat loyo sekarang ini. Jangan-jangan kemarin kamu sudah naik diatas perut wanita duluan".
"Nggak.. benar kok. Nggak. Beri aku waktu sebentar. Kamu akan kupuaskan!"
Hari itu kami habiskan waktu dengan dua puncak permainan yang lebih seru. Kembali kuantarkan Santi kerumahnya. Kami tidak janjian untuk ketemu lagi, hanya kembali kuberikan nomor telepon kantorku dan ia berjanji untuk menelepon aku setiap kali membutuhkan pelepas dahaganya.
Tapi sampai sekarang telepon darinya tidak pernah ada. Biarlah Santi menikmati kehidupannya sekarang dan menjadi memori masa lalu.
***Bersambung: Chapter 14

POSTING BLOG TERPOPULER